Jumat, 28 Maret 2014

Hasil pertemuan I 2014



Pertemuan I 2014
tempat - Mumu

Diskusi kali ini bertemakan kesehatan, dari hasil obrolan singkat dengan Kharis. Terimakasih untuk Kharis yang menggagas ide diskusi kali ini. Dari obrolan singkat mengingatkan akan suatu artikel yang menjadi dasar diskusi kali ini.
Yang hadir diskusi kali ini (17 Januari 2014)

      1.       Endang N
4. Eigner
      2.       Kristi
5. Kharis
      3.       Yanne
6. Daniel Krismanto

Artikel yang mengawali diskusi hari ini ada dua, yang pertama mengenai rokok, ada suatu diskusi di sagan yang menghadirkan perokok usia tua, sebagai narasumber perokok tua yang sehat. Kedua artikel mengenai orang di suatu tempat yang tidak pernah menyentuh air bersih dan orang itu sehat juga. Dari dua artikel tersebut mengkomunikasikan bahwa mereka hidup bertentangan dengan pandangan umum mengenai sehat namun hidup mereka sehat-sehat saja.

Merokok. Mengapa merokok dikatakan buruk? Merokok menggangu yang tidak merokok, karena kondisi sekarang yang minim ruang, beda dengan jaman dahulu yang masih banyak aktivitas di ruang yang berlebih ventilasi sehingga asap rokok mudah terhembus angin. Sehingga sebagai perokok diharuskan mengendalikan asapnya, terutama di tempat umum dan mengganggu anak kecil. Ditambah menurut penelitian kesehatan, merokok itu tidak sehat.

Namun mengapa ada yang merokok tapi masih sampai hidup sampai sangat tua?Ada yang ketika berhenti merokok, tubuh butuh pelampiasan, pelampiasan dapat berupa ngemil, hal tersebut yang membuat bermasalah dengan kolesterol dan membuat berumur pendek. Ada juga ketika seseorang berhenti total merokok, malah penyakitnya baru muncul. Ada juga yang menghindar dari paparan hal yang dianggap negatif, malah sakit dan ketika periksa kepada dokter, disarankan untuk minum kopi dan merokok.

Di lain hal, ada wacana perokok tidak layak mendapat BPJS karena beli rokok yang bercukai saja mampu, masa berobat harus ikut BPJS. Tapi perlu juga dicermati dalam hal ini cukai rokok telah naik begitu tinggi dengan alasan kesehatan ataupun barang mewah sehingga berdampak menggulung produsen rokok lokal.

Kembali ke pertanyaan, mengapa masih bertahan hidup sampai tua? Kemballi pada kodrat manusia yang selalu hidup beradaptasi. Organ tubuh manusia juga terus berusaha beradaptasi. Ketika sontak keadaan berubah (dari merokok sontak tidak merokok) maka proses adaptasi akan “menyakitkan” karena perubahan dalam tubuh yang drastis. Adaptasi perlu waktu, adaptasi itu perlahan.

Seperti penyu air laut yang akan mati ketika dipelihara di air tawar. Usut-punya usut karena organ penyaring air laut nya tidak berfungsi dan mengganggu organ yang lain sampai semua organ tidak berfungsi dan mati. Berbeda ketika secara perlahan dan bertahap penyu diberikan media air laut yang berangsur kadar garamnya dikurangi. Penyu cenderung lebih dapat bertahan hidup dengan metode ini.

Membahas masalah beradaptasi, tidak jauh dari faktor kebiasaan. Kebiasaan minum air mineral tidak bisa minum air rebusan di rumah dan sebaliknya. Ada yang minum air kemasan malah kembung. Ada yang bisa cepat menyesuaikan diri, ada yang lama. Faktor kebiasaan merupakan proses adaptasi. Ketika keluar dari kebiasaan, butuh penyesuaian baru.

Sama seperti kasus dalam orang yang tidak pernah mau memakai air bersih, tubuh beradaptasi dan bekerja optimal utuk menetralisir “kotor”. Bahkan minum dengan kaleng yang karatan adalah gizi berupa kandungan seng dan besi tidak perlu minum suplemen tambah darah.

Begitu juga bagi masyarakat yang sumber air dari air hujan dan masyarakat di pegunungan kapur. Bak penampung air hujan dalam waktu 1-2 bulan pasti sudah lumutan dan itu untuk konsumsi, lain hal di pegunungan kapur, airnya mengandung kapur, dan masyarakat disana tidak bermasalah dengan batu ginjal.

Dengan begitu masyarakat jaman dahulu pasti sudah mengetahui trik mengatasi keadaan alam yang terjadi di wilayahnya. Air pasti direbus, ketika direbus lumut dan bakteri lain-lain mati. Makan berbagai sayuran yang menetralisir kapur yang berlebih walau kapur juga berfungsi sebagai suplemen kalsium.

Begitupula hal yang dekat dengan kehidupan kita, tentang makanan. Penyajian sate dipadukan dengan bawang merah, jeruk, kobis, tomat dan timunnya. Paduan tersebut merupakan makanan yang saling menetralkan  efek satu sama lain. Bisa jadi juga alasan ibu hamil ngidam mangga muda, karena secara alami tubuh merasakan kebutuhan untuk mengurangi kolesterol. Karena mangga muda bersifat menetralkan kolesterol, dan kata dokter koleseterol tinggi menyebabkan keguguran dan sulit mengandung.

Kemudian ketika gampang kata “sehat” disebut-sebut. Maka kondisi sakit itu sebenarnya yang bagaimana? Ketika masukan ke tubuh jelek atau “kotor” tubuh mengoptimalkan organ dan bisa beradaptasi maka disebut sehat. Ketika terlalu menjaga “kesehatan” dengan menjauhi makanan “jahat” maka bermasalah dengan kesehatan karena terlalu higienis, maka perlu asupan kopi, rokok, supaya sehat. Dengan begitu kondisi sakit yang sebenarnya berupa persoalan ketidakseimbangan dalam tubuh. Ketidak seimbangan membuat penyakit. Dengan begitu penyakit adalah gejala, gejala adanya masalahh mengenai ketidakseimbangan.
Lalu ketika pada zaman dahulu manusia cukup mudah mencapai keseimbangan, mengapa jaman sekarang mudah ditemukan permasalahan mengenai kesehatan?

Zaman dahulu, dengan kearifan lokal, manusia mengungkap keseimbangan dan menjadi tradisi di suatu tempat tertentu. Tradisi tersebut sangat lokal, sehingga bisa jadi tidak bisa diaplikasikan di daerah lain. Ketika alam tidak bisa memberikan padi, alam memberikan sagu atau ketela. Ketika alam penyebabnya, jawaban pasti juga ada dari alam.

Ketika perkembangan tekonologi membawa bencana, terutama dalam bidang kesehatan. Ketika semua serba mudah, namun asupan kita tetap membuat tidak seimbang lagi. Dengan asupan yang sama seharusnya kita dapat bekerja fisik seharian, menimba air, meniup tungku, cari bahan makanan namun kini cenderung untuk minim kegiatan fisik.

Ketika diagnosa menjadi semakin canggih. Teknologi menggantikan peranan keseimbangan. Untuk menyeimbangii teknologi manusia perlu beradaptasi. Teknologi mengungkap, penyakit membahayakan, maka dicari solusinya.

Solusi yang dapat berupa mangga muda, sayur-sayuran, kopi dan lain-lain kini tergantian dengan obat-obatan yang merupakan hasil penyesuaian diri dari kemajuan teknologi. Kearifan lokal semakin ditinggalkan tubuh menyesuaikan diri dengan hal baru.

Hal-hal lama mulai ditinggalkan. Kita berpacu menuju keseimbangan baru. Ketika ada teknologi, dan teknologi menciptakan permasalahan. Permasalahan dijawab dengan teknologi. Teknologi merekayasa keseimbangan, ketika teknologi menjadi patokan, jadi pusat. Ketika teknologi menjadi pusat dan merajai, bahwa ilmu pengetahuan mengenalkan tentang hal yang belum terugkap. Terjadilah standar, terjadilah generalisasi.

Generalisasi sebagai turunan tekologi, berdampak juga. Seperti usaha pemutihan kulit pada manusia tropis, ukuran tubuh ideal dan proses medis. Dengan begitu kita menju keseimbangan baru, keseimbangan rekayasa. Ketika sakit diberikan pil, tablet obat-obatan yang merupakan hasil rekayasa teknologi. Walaupun menurut Timur, rekayasa manusia tetap kalah dengan rekayasa Tuhan. Walau medis seperti ini juga datang dari londo, pekabaran Injil pada jaman penjajahan yang dampak tidak langsungnya adanya rumah sakit dengan standart barat.

Gaya hidup kita terlalu ditentukan oleh medis, seakan-akan penyeimbangnya juga sesuai saran dokter. Padahal tidak semua mengikuti kemajuan teknologi yang ditawarkan. Usur lokal bisa punya metode penyeimbang sendiri karena tidak hidup di budaya tenologi. Bisa jadi karena tidak cocok dengan situasi sosialnya, cara barat berbeda dengan timur.

Maka perlu adanya penelitian mengenai gaya hidup yang tidak ditentukan oleh medis. Penelitian lokal seharusnya lebih kontekstual, kesehatan kontekstual, namun kurang diminati. Dari pakaian saja mengungkap konteksutal, tropis dengan baju ringan-santai, iklim sedang dengan pakaian jas, menyesuaikan kondisi setempat. Lebih dekat dari itu, ikan gereh kranjang untuk konsumsi di kirim ke berbagai tempat  dari jepara, padahal di jepara gereh tidak sebegitu diminati. Hanya masalah lauk berupa ikan asin, sebuah mobil turut memanasi alam ini. Mbok mangan sing ana ning kene wae. Apakah itu ketahanan pangan?

Ketika berbeda barat dan timur, ketika ada masyarakat canggih teknologi dan tidak, maka cara mencapai keseimbangan tidak hanya dari jalan medis-teknologis tentunya.  Ketika alam memiliki jawaban atas masalah dari alam,  kontekstualitas diperlukan untuk mengatasi masalah sumber daya alam dan sosial. Maka keseimbangan ialah mendengar, memperpeka kita sebagai bagian dari alam. Dengan begitu kasih pada alam diperlukan, dengan begitu aksi secara kontekstual dapat dilakukan dan mengerti kebutuhan tubuh kita sebagai bagian dari alam.

Bukan kemudian kita diimbau untuk berolahraga supaya sehat dan sweat namun minumnya pocari sweat yang berupa rekayasa. Atau balas dendam ketika jaman muda hanya bisa makan sayur mbayung, kini bisa beli macam-macam dan tidak peka, tidak mendengar bahwa tubuh kita sendiri perlu kita kasihani sendiri.

Dialog dengan diri sendiri, mengasihi dirisendiri, pencegahan yang menarik menuju keseimbangan dalam hal kesehatan dengan pendekatan lain.

Salam.
Sabtu Pahing


Tidak ada komentar:

Posting Komentar