Diskusi kali ini bertemakan
kesehatan, dari hasil obrolan singkat dengan Kharis. Terimakasih untuk Kharis
yang menggagas ide diskusi kali ini. Dari obrolan singkat mengingatkan akan
suatu artikel yang menjadi dasar diskusi kali ini.
Yang hadir diskusi kali ini (17 Januari 2014)
1. Endang
N
|
4. Eigner
|
2. Kristi
|
5. Kharis
|
3. Yanne
|
6. Daniel Krismanto
|
Artikel yang mengawali diskusi
hari ini ada dua, yang pertama mengenai rokok, ada suatu diskusi di sagan yang
menghadirkan perokok usia tua, sebagai narasumber perokok tua yang sehat. Kedua
artikel mengenai orang di suatu tempat yang tidak pernah menyentuh air bersih
dan orang itu sehat juga. Dari dua artikel tersebut mengkomunikasikan bahwa
mereka hidup bertentangan dengan pandangan umum mengenai sehat namun hidup mereka
sehat-sehat saja.
Merokok. Mengapa merokok dikatakan
buruk? Merokok menggangu yang tidak merokok, karena kondisi sekarang yang minim
ruang, beda dengan jaman dahulu yang masih banyak aktivitas di ruang yang
berlebih ventilasi sehingga asap rokok mudah terhembus angin. Sehingga sebagai
perokok diharuskan mengendalikan asapnya, terutama di tempat umum dan
mengganggu anak kecil. Ditambah menurut penelitian kesehatan, merokok itu tidak
sehat.
Namun mengapa ada yang merokok
tapi masih sampai hidup sampai sangat tua?Ada yang ketika berhenti merokok,
tubuh butuh pelampiasan, pelampiasan dapat berupa ngemil, hal tersebut yang
membuat bermasalah dengan kolesterol dan membuat berumur pendek. Ada juga
ketika seseorang berhenti total merokok, malah penyakitnya baru muncul. Ada
juga yang menghindar dari paparan hal yang dianggap negatif, malah sakit dan
ketika periksa kepada dokter, disarankan untuk minum kopi dan merokok.
Di lain hal, ada wacana perokok
tidak layak mendapat BPJS karena beli rokok yang bercukai saja mampu, masa
berobat harus ikut BPJS. Tapi perlu juga dicermati dalam hal ini cukai rokok
telah naik begitu tinggi dengan alasan kesehatan ataupun barang mewah sehingga
berdampak menggulung produsen rokok lokal.
Kembali ke pertanyaan, mengapa
masih bertahan hidup sampai tua? Kemballi pada kodrat manusia yang selalu hidup
beradaptasi. Organ tubuh manusia juga terus berusaha beradaptasi. Ketika sontak
keadaan berubah (dari merokok sontak tidak merokok) maka proses adaptasi akan
“menyakitkan” karena perubahan dalam tubuh yang drastis. Adaptasi perlu waktu,
adaptasi itu perlahan.
Seperti penyu air laut yang akan
mati ketika dipelihara di air tawar. Usut-punya usut karena organ penyaring air
laut nya tidak berfungsi dan mengganggu organ yang lain sampai semua organ
tidak berfungsi dan mati. Berbeda ketika secara perlahan dan bertahap penyu
diberikan media air laut yang berangsur kadar garamnya dikurangi. Penyu
cenderung lebih dapat bertahan hidup dengan metode ini.
Membahas masalah beradaptasi,
tidak jauh dari faktor kebiasaan. Kebiasaan minum air mineral tidak bisa minum
air rebusan di rumah dan sebaliknya. Ada yang minum air kemasan malah kembung.
Ada yang bisa cepat menyesuaikan diri, ada yang lama. Faktor kebiasaan
merupakan proses adaptasi. Ketika keluar dari kebiasaan, butuh penyesuaian
baru.
Sama seperti kasus dalam orang
yang tidak pernah mau memakai air bersih, tubuh beradaptasi dan bekerja optimal
utuk menetralisir “kotor”. Bahkan minum dengan kaleng yang karatan adalah gizi
berupa kandungan seng dan besi tidak perlu minum suplemen tambah darah.
Begitu juga bagi masyarakat yang
sumber air dari air hujan dan masyarakat di pegunungan kapur. Bak penampung air
hujan dalam waktu 1-2 bulan pasti sudah lumutan dan itu untuk konsumsi, lain
hal di pegunungan kapur, airnya mengandung kapur, dan masyarakat disana tidak
bermasalah dengan batu ginjal.
Dengan begitu masyarakat jaman
dahulu pasti sudah mengetahui trik mengatasi keadaan alam yang terjadi di
wilayahnya. Air pasti direbus, ketika direbus lumut dan bakteri lain-lain mati.
Makan berbagai sayuran yang menetralisir kapur yang berlebih walau kapur juga
berfungsi sebagai suplemen kalsium.
Begitupula hal yang dekat dengan
kehidupan kita, tentang makanan. Penyajian sate dipadukan dengan bawang merah,
jeruk, kobis, tomat dan timunnya. Paduan tersebut merupakan makanan yang saling
menetralkan efek satu sama lain. Bisa
jadi juga alasan ibu hamil ngidam mangga muda, karena secara alami tubuh
merasakan kebutuhan untuk mengurangi kolesterol. Karena mangga muda bersifat
menetralkan kolesterol, dan kata dokter koleseterol tinggi menyebabkan
keguguran dan sulit mengandung.
Kemudian ketika gampang kata
“sehat” disebut-sebut. Maka kondisi sakit itu sebenarnya yang bagaimana? Ketika
masukan ke tubuh jelek atau “kotor” tubuh mengoptimalkan organ dan bisa
beradaptasi maka disebut sehat. Ketika terlalu menjaga “kesehatan” dengan
menjauhi makanan “jahat” maka bermasalah dengan kesehatan karena terlalu
higienis, maka perlu asupan kopi, rokok, supaya sehat. Dengan begitu kondisi sakit
yang sebenarnya berupa persoalan ketidakseimbangan dalam tubuh. Ketidak
seimbangan membuat penyakit. Dengan begitu penyakit adalah gejala, gejala
adanya masalahh mengenai ketidakseimbangan.
Lalu ketika pada zaman dahulu manusia cukup mudah
mencapai keseimbangan, mengapa jaman sekarang mudah ditemukan permasalahan
mengenai kesehatan?
Zaman dahulu, dengan kearifan
lokal, manusia mengungkap keseimbangan dan menjadi tradisi di suatu tempat
tertentu. Tradisi tersebut sangat lokal, sehingga bisa jadi tidak bisa
diaplikasikan di daerah lain. Ketika alam tidak bisa memberikan padi, alam
memberikan sagu atau ketela. Ketika alam penyebabnya, jawaban pasti juga ada
dari alam.
Ketika perkembangan tekonologi
membawa bencana, terutama dalam bidang kesehatan. Ketika semua serba mudah,
namun asupan kita tetap membuat tidak seimbang lagi. Dengan asupan yang sama
seharusnya kita dapat bekerja fisik seharian, menimba air, meniup tungku, cari
bahan makanan namun kini cenderung untuk minim kegiatan fisik.
Ketika diagnosa menjadi semakin
canggih. Teknologi menggantikan peranan keseimbangan. Untuk menyeimbangii
teknologi manusia perlu beradaptasi. Teknologi mengungkap, penyakit
membahayakan, maka dicari solusinya.
Solusi yang dapat berupa mangga
muda, sayur-sayuran, kopi dan lain-lain kini tergantian dengan obat-obatan yang
merupakan hasil penyesuaian diri dari kemajuan teknologi. Kearifan lokal
semakin ditinggalkan tubuh menyesuaikan diri dengan hal baru.
Hal-hal lama mulai ditinggalkan.
Kita berpacu menuju keseimbangan baru. Ketika ada teknologi, dan teknologi
menciptakan permasalahan. Permasalahan dijawab dengan teknologi. Teknologi
merekayasa keseimbangan, ketika teknologi menjadi patokan, jadi pusat. Ketika
teknologi menjadi pusat dan merajai, bahwa ilmu pengetahuan mengenalkan tentang
hal yang belum terugkap. Terjadilah standar, terjadilah generalisasi.
Generalisasi sebagai turunan
tekologi, berdampak juga. Seperti usaha pemutihan kulit pada manusia tropis,
ukuran tubuh ideal dan proses medis. Dengan begitu kita menju keseimbangan
baru, keseimbangan rekayasa. Ketika sakit diberikan pil, tablet obat-obatan
yang merupakan hasil rekayasa teknologi. Walaupun menurut Timur, rekayasa
manusia tetap kalah dengan rekayasa Tuhan. Walau medis seperti ini juga datang
dari londo, pekabaran Injil pada
jaman penjajahan yang dampak tidak langsungnya adanya rumah sakit dengan
standart barat.
Gaya hidup kita terlalu ditentukan
oleh medis, seakan-akan penyeimbangnya juga sesuai saran dokter. Padahal tidak
semua mengikuti kemajuan teknologi yang ditawarkan. Usur lokal bisa punya
metode penyeimbang sendiri karena tidak hidup di budaya tenologi. Bisa jadi
karena tidak cocok dengan situasi sosialnya, cara barat berbeda dengan timur.
Maka perlu adanya penelitian
mengenai gaya hidup yang tidak ditentukan oleh medis. Penelitian lokal
seharusnya lebih kontekstual, kesehatan kontekstual, namun kurang diminati.
Dari pakaian saja mengungkap konteksutal, tropis dengan baju ringan-santai,
iklim sedang dengan pakaian jas, menyesuaikan kondisi setempat. Lebih dekat
dari itu, ikan gereh kranjang untuk
konsumsi di kirim ke berbagai tempat
dari jepara, padahal di jepara gereh
tidak sebegitu diminati. Hanya masalah lauk berupa ikan asin, sebuah mobil
turut memanasi alam ini. Mbok mangan sing
ana ning kene wae. Apakah itu ketahanan pangan?
Ketika berbeda barat dan timur,
ketika ada masyarakat canggih teknologi dan tidak, maka cara mencapai
keseimbangan tidak hanya dari jalan medis-teknologis tentunya. Ketika alam memiliki jawaban atas masalah
dari alam, kontekstualitas diperlukan
untuk mengatasi masalah sumber daya alam dan sosial. Maka keseimbangan ialah
mendengar, memperpeka kita sebagai bagian dari alam. Dengan begitu kasih pada
alam diperlukan, dengan begitu aksi secara kontekstual dapat dilakukan dan
mengerti kebutuhan tubuh kita sebagai bagian dari alam.
Bukan kemudian kita diimbau untuk
berolahraga supaya sehat dan sweat namun
minumnya pocari sweat yang berupa
rekayasa. Atau balas dendam ketika jaman muda hanya bisa makan sayur mbayung,
kini bisa beli macam-macam dan tidak peka, tidak mendengar bahwa tubuh kita
sendiri perlu kita kasihani sendiri.
Dialog dengan diri sendiri,
mengasihi dirisendiri, pencegahan yang menarik menuju keseimbangan dalam hal
kesehatan dengan pendekatan lain.
Salam.
Sabtu Pahing
Sabtu Pahing