Selasa, 21 Juni 2011

Hasil Diskusi Sabtu Pahing -17 Juni 2011 Muja-Muju

Hasil diskusi Sabtu Pahingan 17 Juni 2011

Tema: Kesengsaraan dan Pemaknaannya

Yang hadir:

Tatok

Vicky

Eigner

Kristi

Dani

Budhe

sebelum dimulai ada diskusi kecil tentang bahasa, kemudian Kristi dan Dani datang dan sebelum dimulai ada makan malam dahulu. J

Diskusi dibuka dengan penjelasan materi oleh Eigner.

Kemudian ditanggapi oleh Om Tatok bahwa topik kesengsaraan itu menarik terutama setelah masa paskah, karena di masa paskah ditekankan sengsara Yesus yang sebenarnya sengsara secara rohani.

Namun biasanya diartikan sengsara sebatas fisk/psikis sehingga dengan sengsara tersebut bisa diambil maknanya.

Cerita-seorang tinggal di rumah dengan saudara-saudaranya, sampai suatu saat merasa sangat kacau kondisi rumahnya, ribut, sumpek. Kemudian orang itu pergi ke sahabatnya untuk minta nasihat supaya kondisi rumahnya membaik. Tetapi nasihatnya, mulai sekarang masukkan lah kambing, anjing dan sapi ke dalam rumahmu. Orang itu menurut dan memasukkan binatang itu ke dalam rumahnya. Setelah beberapa lama, orang itu kembali kepada sahabatnya dan berkata, kini rumahku tak hanya ramai, tetapi juga bau, penuh dan banyak suara-suara aneh. Kata sahabatnya, nah sekarang keluarkanlah hewan2 itu dari rumahmu.

Setelah itu dikeluarkanlah hewan2 itu dari rumahnya. Setelah beberapa lama orang itu kembali, dan berkata, wah kini kondisi rumah saya sungguh longgar, tidak ada bau dan bunyi2 aneh, hanya suara manusia saja.

-dalam cerita itu padahal kondisi awal dan akhir adalah sama saja

Budhe: sengsara itu beda-beda tergantung yang merasakan, bisa menurut seseorang itu biasa saja tetapi dilihat orang lain itu sudah sangat menyengsarakan

Termasuk kata sengsara di pengakuan iman sempat menjadi permasalahan di gereja. Karena sengsaranya bukan ke fisk/psikis tetapi kondisi rohani.

Akhirnya kata sengsara tetap dipakai di pengakuan iman tetapi dengan pemaknaan yang baru bahwa (lali)

Vicky: di jawa ada ruwatan, untuk menghilangkan kesialan/sengsara

Tatok: memang ada, dan itu sebagai alat, yang ditekankan disitu adalah untuk mengubah mind statenya, dengan diruat itu mind statenya diubah. Di berbagai agama ada ritual untuk itu, namun di kristen tidak. Yang sangat terlihat memang di kejawen, dengan di gembleng sedemikian rupa secara fisik-psikis hingga bisa mengatasi sengsara fisk-psikis tersebut.

Eigner: menjadi mempertanyakan kalau bisa menangkis/menghilangkan kesengsaraan orang akan menuju kekuatan dan orang mencarinya kekuatannya sehingga terjebak disitu.

Tatok: sebernarnya kekuatan itu hanya sebagai alat, namun bisa menjadi terjebak ketika orang menjadikan alat itu sebagai tujuannya, harusnya sebagai alat untuk mencapai mind state.

Kristi : jadi sebenarnya tanpa alat juga bisa mencapai kondisi mind state.

Tatok: ya, tanpa alat bisa mencapai kondisiitu, dan mengatasi sengsara.

Vicky: kalau sengsara sebagai resiko?

Tatok: tidak, karena pilihannya pasti bukan sengsaranya, tetapi melakukannya, kalau sudah dipilh untuk dijalani/dilakoni ya seharusnya mind statenya sudah tidak menganggap itu adalah kesengsaraan. Nah kalau menjadi resiko dan mengeluh atas pilihannya berarti dia tidak konsekuen atas pilihannya.

Diskusi selesai dan Sabtu Pahingan selanjutnya (22 Juli 2011) sangat rindu untuk diadakan di Wonosobo.

Selagi musim durian.

Juga karena diskusinya malam, maka hari sabtuunya bisa berburu duren dan berwisata di Dieng. Usul transportasi mobil L300 24jam. Berangkat jumat sore sampai jogja sabtu sore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar